Hama Wereng coklat pengenalan dan pengendian pada padi

Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal)


PENDAHULUAN

Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) adalah salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia. Berdasarkan catatan yang ada wereng coklat diketahui sudah menyerang tanaman padi sejak tahun 1931 pada lahan sawah di daerah Dramaga Bogor. Serangan wereng coklat secara luas terjadi pada tahun 1976/1977, dimana hamper seluruh wilayah Indonesia dilaporkan terjadi serangan hama ini. Selanjutnya dilaporkan pada tahun 1982/1983 terjadi lagi ledakan wereng coklat disertai dengan munculnya wereng coklat biotipe 3 dan biotipe Sumatra Utara.

Wereng coklat merupakan hama tanaman padi yang paling berbahaya dibandingkan dengan hama lainnya. Hal itu disebabkan wereng coklat mempunyai sifat plastis, yaitu mudah beradaptasi pada keadaan atau kondisi lingkungan baru. Disamping itu wereng coklat juga merupakan vector (penular) virus penyakit kerdil rumput (grassy stunt) dan kerdil hampa (ragged stunt). Di IndonesiaWereng Coklat tersebar luas hampir di seluruh kepulauan, kecuali di daerah Maluku dan Papua.

Baca Juga : Membedakan Pupuk SP-36 Asli dan Palsu

Biologi dan Ekologi Wereng Coklat

Wereng Coklat berkembang biak secara seksual, siklus hidupnya relatif pendek. Masa peneluran 3-4 hari

Wereng Coklat Bersayap (Makroptera) dan Tanpa Sayap (Brakhiptera)

untuk wereng bersayap pendek (brakhiptera) dan 3-8 hari untuk bersayap panjang (makroptera). Tingkat perkembangan wereng betina dapat dibagi ke dalam masa peneluran 2-8 hari, masa bertelur 9-23 hari. Masa peneluran dapat berlangsung dari beberapa jam sampai 3 hari. Sedangkan masa pra-dewasa adalah 19-23 hari. Telur diletakkan berkelompok dalam pangkal pelepah daun, tetapi bila populasi tinggi telur diletakkan pada ujung pelepah daun dan tulang daun.

Siklus hidup wereng coklat

Jumlah telur yang diletakkan serangga dewasa sangat beragam, dalam satu kelompok antara 3-21 butir. Seekor wereng betina selama hidupnya menghasilkan telur antara 270-902 butir yang terdiri atas 76-142 kelompok. Telur menetas antara 7-11 hari dengan rata-rata 9 hari.

Perkembangan Populasi Wereng Coklat

Pada tahap permulaan wereng datang pada pertanaman padi yang sudah mulai tumbuh yaitu pada umur 15 hari setelah tanam atau pada umur 10-20 hari setelah tanam. Di daerah beriklim sedang, pada awalnya populasi wereng coklat rendah, kemudian berkembang dengan cepat.Perkembangan populasi wereng juga tergantung pada inangnya (varietas) padi yang cocok untuk perkembangannya.

Dilapangan wereng coklat bergerak dari tanaman satu ke tanaman lainnya. Pergerakan dilakukan oleh wereng makroptera. Gerakan penyebaran ini menunjukkan adanya wereng coklat yang meninggalkan tanaman tua atau menyebar pada akhir generasi ke-3 menuju tanaman muda. Sebenarnya wereng coklat sudah mulai menyebar pada generasi ke-2 dan mencapai puncaknya pada generasi ke-3.

Migrasi wereng coklat dari tanaman terserang

Beberapa faktor pendukung yang  menyebabkan terjadinya serangan wereng coklat antara lain :

  • 1. Kondisi lingkungan cuaca dimana musim kemarau tetapi masih turun hujan
  • 2. Ketahanan varietas dimana dominasi suatu varietas tahan dalam jangka waktu lama (ledakan biotipe 1 karena penanaman VUTW-1, biotipe 2 penanaman VUTW-2)
  • 3. Pola tanam padi-padi-padi (faktor ketersediaan air)
  • 4. Keberadaan musuh alami (parasit, predator dan patogen)
  • 5 Penggunaan pestisida kurang bijaksana karena tidak memenuhi kaidah 6 tepat (tepat jenis, sasaran, waktu, dosis, cara dan tempat) 

Pengaruh Iklim/Cuaca Terhadap Wereng Coklat

1. Secara umum serangan wereng coklat lebih dominan terjadi pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau serangannya terjadi di daerah daerah yang sering hujan .

2. Populasi wereng coklat cepat meningkat pada kelembaban tinggi (70-80%), suhu siang hari optimum (28-30oC), intensitas cahaya matahari rendah, pemupukan N tinggi, tanaman rimbun, air, lahan basah, angin lemah.

Pengendalian Hama Wereng Coklat

Cara bercocok Tanam

Cara bercocok tanam yang dianjurkan adalah: tanam serentak dalam satu wilayah,pergiliran tanaman, penggunaan varietas tahan dan sanitasi.

Pada daerah yang kekurangan air dan bertanam padi hanya dapat dilakukan satu kali yaitu pada musim hujan, maka pergiliran tanaman dapat berjalan dengan sendirinya. Akan tetapi didaerah yang basah atau beririgasi teknis bertanam padi dapat dilakukan sepanjang tahun, sehingga pergiliran tanaman sulit dilakukan dan petani cenderung untuk bertanam padi secara terus menerus. Sehingga perlu ditekankan pergiliran tanaman dengan tanaman lain setelah tanaman padi.

Pada musim hujan sebaiknya ditanam varietas tahan terhadap wereng coklat, seperti Mekongga, Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13. Selanjutnya pengaturan jarak tanam, yaitu tanaman ditanam dalam barisan yang teratur dengan jarak tanam sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat agar dapat yang dianjurkan untuk memperlancar gerakan angin dan cahaya matahari masuk ke dalam pertanaman. Hal ini dapat mengubah iklim mikro yang cocok untuk menekan perkembangan wereng coklat.

Pengendalian Biologi

Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami. Musuh alami yang dapat mengendalikan hama wereng coklat adalah parasitoid, predator dan pathogen

Parasitoid telur seperti Anagrus flaveolus waterhouse, A. Optabilis Perkins, A. Perforator Perkins, Mymar tabrobanicum, Polynema spp., Olygosita, spp., dan Gonatocerus spp. Parasitoid ini dapat memparasitasi telur wereng coklat 45-87%. Parasitoid nimfa dan wereng dewasa seperti Elenchus, spp., dan Haplogonatopus orientalis.

Predator wereng coklat seperti Cytorrhinus lividivennis, Microvelia douglasi, Ophionea indica, dan Paedorus fuscipes, laba-laba Lycosa pseudoannulata (Wolf spider), Tetragnatha sp. (fourspider), Clubiona javonicola (sack spider), Araneusinustus (orb spider), Calitrichia formosana, Oxyopes javanus, dan Argiope catenulata. Patogen seperti Enthomopthora sp.

Salah satu penyebab terjadinya penambahan populasi hama wereng coklat adalah kematian musuh alami akibat penggunaan insektisida berspektrum luas. Dengan demikian harus ada upaya agar musuh alami menetap atau menjadi efektif dalam mengendalikan hama. Penggunaan musuh alami, walaupun tidak dilakukan dengan inundasi (penambahan populasi ke lapangan), dapat juga dilakukan dengan meningkatkan peranan musuh alami yang sudah ada dilapangan. Peningkatan peranan musuh alami dilakukan dengan monitoring untuk menentukan parasitasi dan predatasinya. Oleh karena itu pada saat aplikasi insektisida harus sudah diperhitungkan banyaknya musuh alami di pertanaman.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan musuh alami, antara lain:

  • 1. Menggunakan insektisida secara bijaksana, yaitu pada saat populasi hama sudah mencapai ambang ekonomi
  • 2. Lebih baik digunakan insektisida butiran (granul) yang sistemik untuk mengurangi terbunuhnya musuh alami
  • 3. Selesai panen perlu adanya habitat alternative tempat musuh alami untuk berkembang biak.

 Penggunaan Pestisida

Dalam budidaya pertanian modern, pestisida merupakan sarana pengendalian yang diperlukan. Akan tetapi karena pada umumnya sifat dari pestisida tidak spesifik penggunaannya, jadi harus digunakan secara hati-hati. Dalam system pengendalian terpadu, pestisida merupakan komponen terakhir untuk pengendalian. Dalam hal ini jenis, waktu, formulasi dan cara aplikasi merupakan hal yang harus diperhatikan, sehingga kompatibel dengan komponen lain dan tidak mencemari lingkungan. Apabila dikendalikan dengan insektisida, maka diusahakan agar jangan menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif Cypermethrin, karena akan menimbulkan resurgensi dan resistensi wereng coklat.

Beberapa jenis pestisida yang dapat digunakan pada saat ini diantaranya adalah yang berbahan akti: Fipronil, Tiamektosam, dan Imidakloprid. Penggaruh samping penggunaan insektisida yang tidak tepat dan dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan resistensi, resurjensi dan kematian musuh alami. Oleh karena itu sebelum dilakukan pengendalian insektisida, harus dilakukan monitoring secara dini dan keputusan pengendalian harus menerapkan perhitungan berdasarkan musuh alami, sebagai berikut:

a) Populasi wereng coklat dam musuh alaminya (predator laba-laba, Paederus fuscifes, Ophionea nigrifasciata, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis) diamati selang 1-2 minggu sekali pada 20 rumpun dari satu hamparan

B). Data pengamatan dicatat dan dimasukkan ke dalam rumus :



  • Ai = Populasi wereng, pada 20 rumpun pada minggu ke i
  • Bi = Populasi predator laba-laba + Paederus fuscifes + Ophionea nigrifasciata + Coccinella pada 20 rumpun pada minggu ke i
  • Ci = Populasi Cyrtorhinus lividipennis pada 20 rumpun
  • Di = wereng coklat per rumpun

Jika nilai Di > 4 ekor wereng coklat per rumpun pada padi berumur < 40 hst atau Di > 7 ekor wereng coklat per rumpun pada padi umur > 40 hst, maka perlu aplikasi insektisida yangdirekomendasikan.

Jika nilai Di < 4 ekor wereng coklat per rumpun pada padi berumur < 40 hst atau Di < 7 ekor wereng coklat per rumpun pada padi umur > 40 hst, maka tidak perlu aplikasi insektisida, akan tetapi pengamatan dan analisis harus tetap dilakukan pada minggu berikutnya untuk menentukan keputusan pengendalian selanjutnya.

Sumber: Piblikasi Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian


Posting Komentar

0 Komentar