Konsep Psikologi dan Lahirnya Profesi Psikologi

Konsep Psikologi dan Lahirnya Profesi Psikologi


Lahirnya Psikologi sebagai ilmu realitas ditandai dengan pendirian laboratorium Psikologi pertama di Leipzig Jerman pada tahun 1897. Hal ini bukan berarti sebelumnya kajian Psikologi tidak pernah ada, namun sebelum tahun itu kajian wacana perilaku insan ialah bahasan yang saling berkelindan menggunakan filsafat dan kedokteran (psikofisiologi). Bahkan kajian-kajian terkait dengan hakikat perilaku insan telah sebagai perdebatan para filsuf -filsuf di era Yunani kuno mirip Plato, Aristoteles, dan juga filsuf-filsuf yunani yang lain. ilham-pandangan baru mereka terkait hakikat sikap lalu menjadi ide atas kajian-kajian empiris pada psikologi, baik itu terkait memori, belajar, motivasi, pikiran, perilaku, serta perilaku insan (Schultz & Schultz, 2011). menggunakan pendirian laboratorium psikologi yang pertama oleh Wilhem Wundt pada tahun 1897, prinsip-prinsip ilmiah yg obyektif dan realitas dengan kecermatan observasi yang menjadi dasar primer pada kajian Psikologi.

Kajian awal Psikologi di awal kehadirannya terbatas di eksperimen yang menyangkut pada pencerahan insan yang dianggap menjadi strukturalisme dan fungsionalisme. Beberapa penelitian terkait kesadaran insan dilakukan oleh Wundt, Titchener serta William James. Kajian Psikologi yang spesifik membahas wacana perilaku yg dihasilkan oleh stimulus lalu lahir di Rusia di awal abad 20 melalui eksperimen classical conditioning yg dilakukan sang Ivan Petrovich Pavlov, yang lalu disebut menjadi behaviourisme. peredaran behaviorisme ini lalu jua berkembang di Amerika perkumpulan menggunakan eksperimen yg dilakukan oleh B.F Skinner.

Sigmund Freud menggunakan menggunakan pendekatan serta perspektif yg berbeda berasal strukturalisme serta juga behaviourisme lebih memfokuskan kajian psikologi bukan di sikap tampak, tetapi justru di ketidaksadaran menjadi penyebab primer dari perilaku. peredaran yg dinamakan menjadi psikoanalisa ini menjadi titik krusial bagi kajian-kajian kepribadian, klinis, serta abnormalitas manusia.

Sigmund Freud menggunakan menggunakan pendekatan serta perspektif yang tidak selaras berasal strukturalisme dan pula behaviourisme lebih memfokuskan kajian psikologi bukan di sikap tampak, namun justru di ketidaksadaran sebagai penyebab utama asal sikap. aliran yang dinamakan menjadi psikoanalisa ini sebagai titik krusial bagi kajian-kajian kepribadian, klinis, serta abnormalitas insan.

tetapi demikian sikap insan, artinya kajian yang sangat pada serta kompleks. Beberapa psikolog tidak puas menggunakan beberapa contoh pendekatan yang ada pada psikologi, baik yang diperkenalkan oleh behaviourisme dengan contoh mekanistiknya; psikoanalisa yang menekankan pada empiris ketidaksadaran serta abnormalitas; serta juga sirkulasi kognitif yang hanya membatasi kajian sikap sebatas di prosedur pikiran selayaknya komputer yang memproses info. menjadi reaksi ketidakpuasan ini, maka muncullah sirkulasi humanistik yg lebih menekankan pada aspek pencerahan yang dialami insan sebagai anteseden atas kepribadian dan pemaknaan otonom insan, sebagaimana dipelopori sang Maslow dan Rogers. di perkembangannya aliran ini melahiran dua aliran baru yaitu psikologi transpersonal yang menekankan di aspek spiritual insan dan jua psikologi positif

Perkembangan praktik psikologi terapan ini dimulai dari James McKeen Cattle yang membuat tes-tes mental pada anak didik-muridnya di tahun 1890 (Schultz & Schultz, 2011). pada perkembangannya tes-tes yang terdapat kini telah tidak hanya berkaitan menggunakan pengukuran sensori motor dasar atau pengukuran ambang sensori sebagaimana yg dilakukan sang Cattel (Schultz & Schultz, 2011), tetapi sudah bisa mengukur beberapa faktor terkait kapasitas manusia yg  mulai asal kemampuan intelejensi atau tes kognitif ataupun emosi yg menggunakan tugas-tugas mental yg lebih kompleks (mirip yang dikembangkan sang Alfred Binet, Lewis Terman, Henry Goddard, David Wechsler, dan lainnya); serta juga tes-tes kepribadian (seperti yang dikembangkan sang Robert Woodworth, Herman Roscharch, Hans Eysenck, dll). Testes tersebut tidak hanya berguna buat menggambarkan kapabilitas kognitif ataupun kompleksitas kepribadian insan pada setting klinis ataupun perkembangan, tetapi pula dapat digunakan dalam setting pendidikan serta industri menjadi dasar treatment ataupun pengambilan keputusan buat membentuk insan sebagai lebih berdaya guna dan mengembangkan potensi yang dimiliki insan

Kajian pustaka: 

BBC (2016, 21 Maret). Setidaknya 18.800 orang masih dipasung di Indonesia http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160320_indonesia_hrw_pasung

Bond, T. (2005). Developing and monitoring professional ethics and good practice Guidelines. in: Tribe, R. & Morissey, J. (eds) Handbook of Professional and Ethical Practice for Psychologists, Counsellors and Psychotherapists (pp. 7-18). Newyork: Brunner-Routledge

Posting Komentar

0 Komentar