Seberapa Penting Tes Psikologi untuk Menentukan Kelulusan Kerja?

Seberapa Penting Tes Psikologi untuk Menentukan Kelulusan?



Saat melamar pekerjaan, pelamar hampir selalu dihadapkan pada tahap psikotes.  Bagi sebagian orang, psikotes bahkan menjadi momok yang menakutkan karena seringkali gagal mengikuti seleksi sebelum masuk ke tahap wawancara.  Karena seringnya ditemukan tes psikologi dalam perekrutan karyawan di perusahaan-perusahaan Indonesia, maka sangat mudah untuk menemukan buku-buku latihan tes psikologi di toko-toko buku.

Tes psikologi sendiri sering dikaitkan dengan tes kepribadian, tes IQ, dan penalaran.  Namun banyak juga yang berpendapat bahwa tes ini hanyalah formalitas belaka yang kontribusinya tidak terlalu signifikan dalam mengevaluasi keputusan penerimaan calon pegawai.  Lantas, seberapa pentingkah psikotes dalam proses rekrutmen karyawan di perusahaan?

Sebenarnya tidak banyak perusahaan yang memberikan bobot besar pada tes psikologi saat membuka proses rekrutmen.  Tes psikologi, kata Audi, memang penting untuk dilalui.  Namun jarang dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam mempekerjakan karyawan.  Hal ini dikarenakan tes psikologi cenderung digunakan sebagai filter awal bagi karyawan pada tahap seleksi.  “Jadi sebenarnya banyak perusahaan yang tidak memperdulikan hasil psikotes. Yang paling menentukan dalam mempertimbangkan penerimaan tentunya dalam proses wawancara, terutama wawancara dengan pengguna 

Tes psikologi masih banyak digunakan oleh perusahaan untuk menyaring calon karyawan yang terlalu banyak.  Istilahnya, kata dia, adalah seleksi alam.  Jadi karena pelamarnya banyak, apalagi perusahaan besar.  Tes psikologi lebih banyak digunakan untuk skrining.  Penyaringan selain berbagai psikotes, ada pula yang digabung dengan nilai IPK, “Penyaringan dilakukan karena banyak perusahaan yang tidak mau dipusingkan dengan banyaknya lamaran yang masuk. Apalagi dari lamaran yang masuk, kompetensi  pelamar tidak jauh berbeda, tahap yang paling penting adalah mengetahui kompetensi karyawan, umumnya pada tahap wawancara.

Saat menyeleksi ratusan bahkan ribuan calon karyawan yang melamar di awal proses wawancara, tentunya akan sangat merepotkan dan memakan biaya.  Jadi, meski bukan penilaian utama dalam perekrutan karyawan, perusahaan tetap memilih opsi psikotes.  Ini juga menjadi alasan mengapa banyak tes psikologi dilakukan pada tahap paling awal dalam proses rekrutmen yang panjang.

Dalam proses penilaian, misalnya.  Kepribadian dan kompetensi pegawai akan lebih terlihat.  Jika hasil psikotes menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan, bahkan bisa dikatakan ketinggalan zaman.  Saat ini perusahaan dalam merekrut karyawan khususnya kaum milenial rata-rata sudah menggunakan pendekatan yang efektif.  Misalnya panel, pelamar diwawancarai oleh beberapa orang sekaligus.  Atau cara lain yang paling sering, calon karyawan dikumpulkan dalam tim yang terdiri dari 3-4 orang kemudian diberikan studi kasus.  Bagaimana dia menjelaskan masalah dan memberikan solusi.  Kemudian diperkuat lagi dengan wawancara.

Sebagai informasi, berbagai macam psikotes memiliki penilaian yang berbeda-beda.  Misalnya, tes Pauli biasa digunakan untuk mengukur konsistensi dan ketahanan calon karyawan.  Beberapa jenis tes psikologi lainnya antara lain tes Warteg, tes logika aritmatika, tes DRW (draw a man), tes kecerdasan alfa tentara, tes verbal, tes baum atau menggambar pohon, dan tes EPPS (edwards personal preference schedule).  Umumnya jenis tes ini digabungkan menjadi serangkaian tes psikologi yang dilakukan dalam waktu tertentu yang biasanya memakan waktu cukup lama.

Kunjungi Channel Youtube Kami untuk belajar tes seleksi kerja dan tips masuk kerja



Posting Komentar

0 Komentar